Karakteristik pembangunan kesehatan kita selama ini berpola
sektoral, dan sekaligus tidak banyak menyentuh penyelesaian aspek utama yang
menjadi penyebab dasar permasalahan kesehatan. Program-program kesehatan
(berikut pembiayaannya tentu saja) masih lebih banyak terfokus pada penanganan
berbagai dampak yang timbul akibat dari penyebab dasar yang tidak tertangani
secara komprehensif.
Hal di atas tidak berarti bahwa apa yang kita lakukan selama
ini adalah sia-sia. Tidak! Insya Allah tidak ada yang sia-sia. Ada manfaatnya,
paling tidak kita menjadi lebih yakin dengan pengalaman selama ini bahwa pola
lama yang kita terapkan itu tidak bisa diteruskan, harus diganti dengan pola
pendekatan baru yang lebih memberdayakan, lebih adil, lebih banyak menyentuh
penyelesaian penyebab dasar, tanpa mengesampingkan penanganan masalah-masalah
kesehatan derivatifnya. Pola baru tersebut yang saya elaborasi dalam tulisan ini sebagai
pola yang lebih emansipatoris.
Kementerian Kesehatan kita sebenarnya sudah menetapkan visi
pembangunan kesehatan yang secara substansial sangat tepat, yakni “masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan”. Bahkan, untuk mendukung tercapainya visi ini sudah dirumuskan
pula misi, strategi, serta nilai-nilai yang tidak kalah baiknya. Pertanyaannya,
mengapa salah satu indikator utama derajad kesehatan kita masih (mohon maaf)
memprihatinkan? Angka kematian maternal,
alih-alih menurun, justru malah melonjak dari angka 228 menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup. Mengapa terjadi seperti ini?
Ya, sekali lagi, mengapa kondisi di atas terjadi? Itulah
buah dari pola sektoral, yang tidak menukik pada penyelesaian secara lintas
sector, lintas departemen, lintas bagian, pada penanganan penyebab dasar
masalah kesehatan selama ini. Artinya, kembali dengan berat hati saya katakan,
selama ini kita kehilangan kekuatan sinergitas yang sangat dahsyat dalam
menyelesaikan masalah besar bersama dalam pembangunan kesehatan. (Bersambung)
Post a Comment for "Urgensi Reformulasi Pola Pembangunan Kesehatan (Bagian-1)"