Kondom dan Eskalasi Kebejatan Moral di Tahun Baru & Valentine’s Day


Pergantian tahun masehi, dari waktu ke waktu selalu dinodai oleh berbagai bentuk kebejatan moral sejumlah anak manusia. Sebuah kebejatan yang sesungguhnya di luar pergantian tahun pun dijumpai, namun selalu terjadi eskalasi (peningkatan) selama momen pergantian tahun baru masehi. Celakanya, kebejatan moral dalam perayaan tahun baru itu kembali ditingkatkan lagi selama perayaan Valentine’s Day yang jatuh pada setiap tanggal 14 Februari. Salah satu jenis kebejatan moral yang terjadi adalah praktek seks bebas dari sejumlah pasangan di luar nikah. Pelakunya pun seperti tanpa beban mengakuinya, atau bahkan dengan bangga menceritakannya kepada sesama. Na’uzubillahi mindzalik.

Sementara itu, kondom yang disalahtafsirkan sebagai sarana pendukung “Seks Aman” menjadi barang yang sangat laris menjelang pergantian tahun dan atau selama perayaan Valentine’s Day. Lonjakan penjualan barang ini bahkan bisa mencapai 500% lebih tinggi dibanding hari-hari di luar perayaan pergantain tahun masehi dan Valentine’s Day. ( Waduh…Jelang Valentine Penjualan Kondom Naik 500% )

Pembelinya pun ternyata banyak yang berasal dari kalangan muda mudi. Sejumlah petugas apotik mengakui fakta ini, dan sekaligus menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah biasa. Na’uzubillahi mindzalik. "Biasalah Mas, khan para muda-mudi banyak melewatkan tahun baru dengan pasangan mereka masing-masing. Untuk menghindari terjadinya kehamilan, maka sangat masuk akal jika mereka menggunakan kondom maupun pil anti hamil," ujar salah satu sumber di Apotek Kimia Farma Batam, seperti dikutip oleh salah satu media. ( Menjelang Pergantian Tahun, Penjualan Kondom di Batam Meningkat )

Pemberitaan di sejumlah media di seantero negeri ini mengenai fenomena di atas ternyata sama. Kondom menjadi barang yang laris manis dibeli oleh para muda mudi. Salah satu harian lokal yang terbit di Karawang misalnya, yang memberitakan fenomena di atas, mengakui bahwa setiap pergantian tahun, kondom menjadi komoditas primadona. Bahkan, sejumlah pasangan yang masih tergolong pelajar SMP pun ikut membeli barang tersebut .

Sejalan dengan fakta-fakta di atas, kita juga berhadapan dengan kenyataan-kenyataan buram lainnya. Sebuah penelitian dari lembega pemerhati pendidikan dan remaja, yakni HotLine Pendidikan, yang didukung oleh Yayasan Embun Surabaya (YES), Telepon Sahabat Anak (Tesa) 129 Jatim, dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menyebutkan: 44 % pelajar di Kota Pahlawan tersebut berpandangan bahwa berpacaran itu boleh melakukan hubungan intim . Na’uzubillahi mindzalik. (44 Persen Pelajar Setuju Pacaran Disertai Hubungan Seks )

Penelitian lain bahkan melaporkan angka yang lebih tinggi. Luar biasa, angka seks bebas di kalangan remaja di empat kota besar di Indonesia: Bandung 54%, Medan 52%, Jakarta 51%, Surabaya 47% . Na’uzubillahi mindzalik. (Survei: Seks Bebas Remaja Tertinggi di Bandung)

Senafas dengan itu, tingkat aborsi pada kelompok usia remaja di Indonesia sudah masuk pada level kritis. Angkanya bikin menjerit nurani kita. Bayangkan, 48 persen aborsi dilakukan pada kalangan remaja usia 15-19 tahun dan sebesar 45,8 persen terjadi pada anak usia 10-11 tahun. (48 Persen Pelaku Aborsi Remaja)

Masih dalam kaitan tali-temali problematika di atas, kita juga disuguhkan oleh gambaran mengkhawatirkan yang satu ini. Di Kota Cirebon (dan saya kira hanya akan beda-beda tipis dengan kota lain), peringkat tertinggi penderita HIV/AIDS di Kota Udang itu adalah kalangan remaja. Na’uzubillahi mindzalik. (Remaja Penderita HIV/AIDS Terbanyak)

Mengapa semua ini terjadi ?

Disadari atau tidak, diakui atau tidak, sejumlah remaja kita telah terperangkap dalam jeratan syahwat kemaksiatan. Merujuk kata-kata Imam Hasan Al-Banna dalam Majmu’atu Rasa’il, banyak yang tidak mampu lagi mendengar gaung keagungan ilahi yang menggema pada segenap ufuk; yang memenuhi mayapada dan tujuh susun langit, yang membisikan ke dalam relung sanubari makna kebanggaan dan kemuliaan tertinggi. Mereka telah terperosok dalam lembah kenistaan hedonisme. Mereka mengejar kesenangan yang semakin menjauhkan mereka dari ketenangan. Mereka saling “merampok harta kemuliaan diri” dengan falsafah suka sama suka. Na’uzubillahi mindzalik.

Remaja-remaja kita yang terperosok itu, bagaimanapun juga ulah mereka tersebut tidak terlepas kaitannya dengan perbuatan sejumlah orang tua yang tidak tau diri. Dan, ketika kita sebagai bangsa (dan lebih khusus sebagai orang tua) tidak peduli lagi terhadap kenyataan seperti ini, maka siklus kebejatan moral itu akan terus bergulir menggilas kehidupan kita, apalagi jika kemudian para remaja yang sekarang bergelimang dalam kubangan hedonisme itu tidak segera merubah haluan hidup, lalu pada saatnya mereka menjadi orang tua. Bisa dibayangkan, keteladanan dari mana yang bisa diperoleh anak-anak mereka? (Sempatkan membaca juga artikel ini ya: Mengobati Tunanetra Mata Hati)

Sebelum saya tutup tulisan ini dengan sebuah peringatan agung, izinkan saya mengatakan fakta tentang kondom dalam konteks semua ini. Bahwa selama seseorang (atau suatu kaum) berada dalam aktifitas yang mengundang murka Tuhan, maka selama itu tidak akan pernah ada kata “aman” di sana, tidak akan pernah ada kata “safe” di sana. Jika toh ada kata aman atau safe, maka bisa dipastikan itu adalah aman atau safe yang palsu. Keamanan yang sesungguhnya hanyalah jika kita merelakan seluruh hidup kita tunduk sepenuhnya mengikuti aturan hidup yang telah digariskan oleh-Nya. Ketika kita mendustai aturan itu, maka baca baik-baik peringatan berikut ini.

فَذَرْنِي وَمَن يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ 

"Maka serahkanlah kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui" (Al-Qolam : 44). Wallahua’lam. (Jangan lewatkan artikel ini: Sabarlah Saudaraku, di Dunia Kita Hidup Hanya 1,5 Jam atau 0,15 Detik Saja) [La Ode Ahmad]

Post a Comment for "Kondom dan Eskalasi Kebejatan Moral di Tahun Baru & Valentine’s Day"