Pola pendekatan baru yang perlu dikedepankan adalah menempatkan penyelesaian penyebab dasar dalam skala prioritas utama yang harus diselesaikan secara bersama, lintas sektoral, dengan melibatkan seluruh sumberdaya yang dimiliki, bersatu padu, membangun sinergitas yang kuat, untuk satu tujuan yang sama: mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan, melalui program-program pemberdayaan yang terarah, terukur, dan berkesinambungan.
Langkah awal yang perlu dilaksanakan dalam konteks di atas adalah melakukan pendataan yang sungguh-sungguh, penuh komitmen, menjaga integritas dan kredibilitas, agar kemudian data yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan di level manapun. Variabel apa yang perlu di data? Tentu saja semua variabel, mulai dari variabel umum yang menyangkut identitas (by name by address), sampai kepada variabel-variabel khusus yang terkait hal-hal spesifik yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan, kondisi pemukiman, persepsi terhadap kesehatan dan lain sebagainya.
Kegiatan pendataan (dan juga pelaksanaan, monitoring serta evaluasi program pemberdayaan) sebagaimana dimaksud di atas, atas nama desentralisasi pembangunan, pelaksanaannya diserahkan kepada tiap pemerintah daerah, dengan dukungan penuh dari pusat. Di level pemerintah daerah, di bawah koordinasi Bapeda (badan perencanaan daerah), seluruh OPD (organisasi perangkat daerah) yang ada diminta komitmennya, partisipasinya, atau kontribusinya, dalam seluruh rangkaian kegiatan pemberdayaan sesuai dengan peran-peran relevan yang dimiliki oleh tiap OPD tersebut.
Ketika konstelasi pembangunan sudah dalam design seperti di atas, maka kemudian diskursus tentang pembangunan kesehatan (dalam konteks daerah) dipertajam dan dimantapkan dalam sebuah forum besar bernama Rakorkes (rapat koordinasi kesehatan), yang mengikutsertakan lintas sektor tadi, dan dinas kesehatan dapat bertindak sebagai leading sector.
Konsep seperti di atas disesuaikan dengan sebuah fakta ilmiah yang sudah cukup lama diperkenalkan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat bernama Hendrik L Blum, bahwa ada 4 faktor determinan kesehatan, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. 'Alaa kulli hal, hanya dalam konteks keterpaduan ke-4 faktor determinan inilah pembangunan kesehatan bisa diharapkan kemampuannya dalam mengejawantahkan derajad kesehatan yang optimal. Kalau tidak, nonsense. Wallahua'lam.
* Ulasan tentang topik ini (urgensi reformulasi pola pembangunan kesehatan) sesungguhnya sangat kompleks, dibutuhkan penjabaran yang lebih dalam, luas dan detail lagi. Apa yang telah saya tampilkan dalam 3 bagian tulisan, sebenarnya hanyalah serpihan konsep yang saya coba "peras" lagi agar memenuhi ruang terbatas yang saya alokasikan dalam Blog ini.
Untuk kedua kalinya, saya mohon doa restu pembaca, semoga ulasan saya yang utuh menyeluruh mengenai topik ini dapat saya kemas dalam sebuh buku yang kelak menjadi bagian dari persembahan saya untuk negeri tercinta ini. Selanjutnya, mantapkan hati untuk menjadikan Blog ini sebagai salah satu situs yang perlu dikunjungi secara rutin, karena saya telah berkomitmen dari awal untuk menjadikannya sebagai sarana berbagi gagasan untuk hidup yang lebih bermakna. Insya Allah.
Langkah awal yang perlu dilaksanakan dalam konteks di atas adalah melakukan pendataan yang sungguh-sungguh, penuh komitmen, menjaga integritas dan kredibilitas, agar kemudian data yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan di level manapun. Variabel apa yang perlu di data? Tentu saja semua variabel, mulai dari variabel umum yang menyangkut identitas (by name by address), sampai kepada variabel-variabel khusus yang terkait hal-hal spesifik yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan, kondisi pemukiman, persepsi terhadap kesehatan dan lain sebagainya.
Data Berbasis Keluarga
Hal penting yang perlu digarisbawahi adalah, proses pendataan di atas berbasis keluarga, sehingga pada akhirnya dari seluruh rangkaian pendataan yang dilakukan kita memiliki "potret" mapping keluarga berdasarkan variabel-variabel khusus yang dibidik. Misalnya, mapping keluarga berdasarkan tingkat kesejahteraan, mapping keluarga berdasarkan kondisi pemikiman, dll. Inilah data awal yang kemudian akan menjadi acuan dalam proses pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program pemberdayaan yang dilakukan.Kegiatan pendataan (dan juga pelaksanaan, monitoring serta evaluasi program pemberdayaan) sebagaimana dimaksud di atas, atas nama desentralisasi pembangunan, pelaksanaannya diserahkan kepada tiap pemerintah daerah, dengan dukungan penuh dari pusat. Di level pemerintah daerah, di bawah koordinasi Bapeda (badan perencanaan daerah), seluruh OPD (organisasi perangkat daerah) yang ada diminta komitmennya, partisipasinya, atau kontribusinya, dalam seluruh rangkaian kegiatan pemberdayaan sesuai dengan peran-peran relevan yang dimiliki oleh tiap OPD tersebut.
Partisipasi Swasta atau Dunia Usaha
Di sisi lain, ekplorasi untuk penguatan data di tingkat pemerintah daerah mutlak pula dilakukan yang diarahkan pada mapping sumber daya dari domain korporasi yang memang harus turut berkontribusi dalam rangkaian proses pemberdayaan yang dilakukan. Dan untuk ini daerah memiliki kapasitas penuh sebagai regulator.Ketika konstelasi pembangunan sudah dalam design seperti di atas, maka kemudian diskursus tentang pembangunan kesehatan (dalam konteks daerah) dipertajam dan dimantapkan dalam sebuah forum besar bernama Rakorkes (rapat koordinasi kesehatan), yang mengikutsertakan lintas sektor tadi, dan dinas kesehatan dapat bertindak sebagai leading sector.
Konsep seperti di atas disesuaikan dengan sebuah fakta ilmiah yang sudah cukup lama diperkenalkan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat bernama Hendrik L Blum, bahwa ada 4 faktor determinan kesehatan, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. 'Alaa kulli hal, hanya dalam konteks keterpaduan ke-4 faktor determinan inilah pembangunan kesehatan bisa diharapkan kemampuannya dalam mengejawantahkan derajad kesehatan yang optimal. Kalau tidak, nonsense. Wallahua'lam.
* Ulasan tentang topik ini (urgensi reformulasi pola pembangunan kesehatan) sesungguhnya sangat kompleks, dibutuhkan penjabaran yang lebih dalam, luas dan detail lagi. Apa yang telah saya tampilkan dalam 3 bagian tulisan, sebenarnya hanyalah serpihan konsep yang saya coba "peras" lagi agar memenuhi ruang terbatas yang saya alokasikan dalam Blog ini.
Untuk kedua kalinya, saya mohon doa restu pembaca, semoga ulasan saya yang utuh menyeluruh mengenai topik ini dapat saya kemas dalam sebuh buku yang kelak menjadi bagian dari persembahan saya untuk negeri tercinta ini. Selanjutnya, mantapkan hati untuk menjadikan Blog ini sebagai salah satu situs yang perlu dikunjungi secara rutin, karena saya telah berkomitmen dari awal untuk menjadikannya sebagai sarana berbagi gagasan untuk hidup yang lebih bermakna. Insya Allah.
Post a Comment for "Urgensi Reformulasi Pola Pembangunan Kesehatan (Bagian-3)"