Anakku, Dunia Ini Memang Merepotkan



Anakku, dunia ini merepotkan, dan sangat merepotkan. Diurus satu yang lain datang. Dilintas tidak ada batasnya. Diurus tidak ada habisnya. Dikerjakan tidak ada rampungnya.  

Kakek-nenek kita mati-matian mengurus dunia. 

Pekerjaan belum selesai, umur sudah habis. 
Bapak-ibu kita banting tulang mengurus dunia. 
Pekerjaan belum selesai, umur tidak cukup. Kita semua peras keringat mengurus dunia. 
Pekerjaan tidak akan selesai, tidak akan cukup  umur. 
Apakah anak-cucu kita, akan bisa mengurus dunia. 
Sungguh sangat merepotkan, sangat melelahkan.  

Hidup ini untuk ibadah, untuk beramal sholeh.

Boleh mengurus dunia, untuk bekal ibadah. 
Boleh mengurus dunia, sambil beribadah. 
Tidak boleh larut dengan kesibukan dunia. 
Serepot apapun dalam mengurus dunia, tidak boleh melupakan ibadah, lupa akherat, dan lupa Alloh. 

Dunia bukan tujuan, dan akherat harus dijadikan tujuan. 

Dengan kendaraan dunia, menuju kampung akherat. 
Dengan bekal dari dunia, menuju perjalanan akherat. 
Dengan ibadah dan amal di dunia, untuk keselamatan akherat.   

Renungan, ketika itu Nabi Sulaiman as mengurus kuda yang baru saja diimpor. Kuda yang gagah dan tangguh untuk memenangkan perang.  Sulaiman sibuk, larut, terlena, sampai lupa sholat ashar.  Alloh menegurnya: Wahai Sulaiman, siapa yang memenangkan perangmu itu, Aku atau kudamu. Sulaiman pun sadar atas kesalahannya. Sulaiman menyembelih kudanya, dan Alloh menggantinya dengan angin untuk kendaraan Sulaiman. (Graha Pencerah Jiwa, Minggu, 20/07/14, Abah)

* (Sumber: Pesan kiriman dari Dr. Sunu Prihantoro via WhatsApp)

Post a Comment for "Anakku, Dunia Ini Memang Merepotkan"